Oleh : dr. Tuti Alawiyah Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin Infeksi Tuberkulosis (TBC) dan HIV adalah penyakit menular yang dapat s...
Oleh : dr. Tuti Alawiyah
Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin
Infeksi Tuberkulosis (TBC) dan HIV adalah penyakit menular yang dapat saling mempengaruhi dan mempunyai keterkaitan satu sama lain. Risiko infeksi TBC akan meningkat beberapa kali lipat pada orang dengan HIV (ODHIV), demikian pula sebaliknya. Tantangan ko-infeksi TBC-HIV dengan peningkatan kasusnya yang terus bertambah signifikan, memerlukan model kolaborasi dalam pelaksanaan program pengendaliannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model kolaborasi program TBC-HIV di Puskesmas Pekapuran, kota Banjarmasin. Inisiasi kolaborasi program TBC-HIV di Puskesmas Pekapuran di awali dengan pelatihan petugas yang terlibat yaitu dokter, pengelola program dan analis laboratorium pada akhir tahun 2016. Tahun 2017 kolaborasi program TBC-HIV mulai efektif berjalan dengan prioritas kegiatan berupa skrinning gejala dan pemeriksaan penunjang TBC pada ODHIV serta tes HIV pada semua pasien TBC yang menjadi salah satu standar operasional prosedur (SOP) layanan puskesmas. Kolaborasi program TBC-HIV merupakan inovasi unggulan Puskesmas Pekapuran yang masih dipertahankan hingga saat ini. Pada tahun 2017 dan 2018 sebanyak 47 orang pasien TBC yang di tes HIV dan 2 orang ODHIV yang di skrinning TBC, serta berhasil menjaring 1 orang pengidap ko-infeksi TBC-HIV. Kolaborasi program TBC-HIV di Puskesmas Pekapuran dapat meningkatkan efektifitas keberhasilan talaksana kasus serta penemuannya secara dini. Model kolaborasi program TBC-HIV perlu terus dikembangkan ke semua layanan fasilitas kesehatan.
Siapa Saja yang Paling Berisiko Tertular TBC?
Saat ini Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara dengan penderita tuberkolosis terbanyak setelah India, Data terbaru dapat kita lihat dari Profil Kesehatan Indonesia yang dikeluarkan oleh Kemenkes melaporkan bahwa ada 351.893 kasus TBC di Indonesia per tahun 2016, meningkat dari tahun 2015 sebesar 330.729 kasus.
Bagaimana penyakit TBC menular?
Penyakit TBC menular ketika pengidap TB mengeluarkan dahak atau cairan liur dari mulutnya yang berusu kuman M. Tuberculosis ke udara - misalnya saat batuk, bersin, berbicara, bernyanyi, atau bahkan tertawa - dan kemudian dihirup oleh orang lain. Kuman yang keluar dari batuknya pengidat TB dapat bertahan di udara lembap yang tidak terpapar sinar matahari selama berjam-jam. Akibatnya, setiap orang yang berdekatan dan berinteraksi dengan penderita TB secara langsung berpotensi menghirupnya sehingga akhirnya tertukar.
dapat kita lihat dari who.int/tb/features_archive/UNGA_HLM_ending_TB/en/ tentang TBC,
"Heads of State will gather in New York on 26 September 2018 at the United Nations General Assembly first-ever high-level meeting on tuberculosis (TB) to accelerate efforts in ending TB and reach all affected people with prevention and care. The theme of the meeting is :
“United to end tuberculosis: an urgent global response to a global epidemic”.
The high - level meeting on TB is a tremendous and unprecedented step forward by goverments and all partners engaged in the fight against TB. It follows on from a very succesful Ministerial Conference on Ending TB in Moscow on 16-17 November 2017 which resulted in high -level commitments from Ministers and other leaders from 120 countries to accelerate progress to end TB. The high-level meeting should result in an ambitious Political Declaration on TB endrosed by Heads of State that will strengthen action in investments for the end TB response, saving millions of lives."
dimana para kepala negara akan berkumpul di New York pada 26 September 2018 di pertemuan tingkat tinggi tentang TB adalah langkah maju yang luar biasa dan mustahil oleh pemerintah dan smua mitra yang terlibat dalam perjuangan melawan TB. Ini mengikuti dari Konferensi Tingkat Mentri tentang Ending TB yang sangat sukses di Moskow pada 16-17 November 2017 yang menghasilkan komitmen tingkat tinggi dari pada Menteri dan para pemimpin lain dari 120 negara untuk mempercepat kemajuan untuk mengakhiri TB. Pertemuan tingkat tinggi harus menghasilkan deklarasi politik ambisius tentang TB yang disetujui oleh Kepala Negara yang akan memperkuat tindakan dalam investasi untuk tanggapan akhir TB, menyelamatkan jutaan nyawa.
Menurut data milik Kemenkes RI dalam Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis, untuk satu kali batuk seseorang biasanya bisa menghasilkan sekitar 3.000 percikan air liur. Kuman penyebab TB umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama satu sampai dua jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan ventilasi. Kuman penyebab TB umumnya dapat bertahan hidup di udara bebas selama satu sampai dua jam, tergantung dari ada tidaknya paparan sinar matahari, kelembapan, dan ventilasi. Kuman yang terpapar sinar ultraviolet langsung akan mati dalam beberapa menit. Namun, kuman dapat terus hidup hingga satu minggu jika tinggal di dahak yang berada pada suhu di antara 30-37 derajat celcius. Pada kondisi gelap, lembap, dan dingin, kuman TB dapat bertahan berhari-hari bahkan sampai berbulan-bulan.
TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki (60%) daripada perempuan (40%). Proporsi kasus tuberkolosis terbanyak tahun 2016 ditemukan pada kelompok usia produktif (25-34 tahun) yaitu sebesar 18,07%, diikuti kelompok umur 45-54 tahun sebesar 17,25 persen. Kasus TBC juga paling banyak ditemukan pada golongan penduduk yang tidak bekerja dan yang tidak sekolah.
Pengobatan TB menggunakan kombinasi antibiotik yang terdiri dari 2 fase dan biasanya berlangsung selama 6-9 bulan. Evaluasi pengobatan TB terdiri atas evaluasi klinik, bakteriologik, radiologik, dan efek samping obat, serta evaluasi keteraturan berobat. Pasien dinyatakan sembuh tidaknya dari TB di akhir masa pengobatan oleh dokter yang menangani. Setelah dinyatakan sembuh pasien tetap dievaluasi untuk kekambuhannya selama minimal 2 tahun.
Nah sudah baca kan, yuk hindari TBC dan senantiasa hidup sehat.
Salam Sehat.
Salam The Winners.
Salam Sehat.
Salam The Winners.
DBnews/ Enni Rizqa