BANJARMASIN - Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin melalui Bidang Pelayanan Sumber Daya Kesehatan (YanSDK) Pokja SDMK melaksanakan kegiatan Wo...
BANJARMASIN - Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin melalui Bidang Pelayanan Sumber Daya Kesehatan (YanSDK) Pokja SDMK melaksanakan kegiatan Workshop MESO (Farmakovigilans) dalam pengawasan keamanan obat bagi tenaga Apoteker Puskesmas, Rumah Sakit & Praktisi Farmasi dari Apotek yang berjumlah 37 Orang, Bertempat di Hotel Roditha Banjarmasin, Senin-Selasa (24-25/06).
Monitoring Efek Samping Obat (MESO) atau sering juga disebut dengan Farmakovigilans adalah proses yang penting untuk memastikan bahwa obat yang digunakan tidak menyebabkan reaksi yang merugikan pada pasien. Efek samping obat bisa bervariasi tergantung pada jenis obat, dosis, durasi penggunaan, serta kondisi kesehatan pasien.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil dalam memonitor efek samping obat:
1. Pencatatan Efek Samping:
- Setiap pasien yang menerima obat harus diberitahukan tentang potensi efek samping yang dapat terjadi.
- Pasien perlu mencatat atau melaporkan gejala atau perubahan fisik yang terjadi setelah penggunaan obat, baik yang ringan maupun berat.
2. Pemeriksaan Kesehatan Berkala:
- Melakukan pemeriksaan rutin untuk memantau tanda vital (tekanan darah, detak jantung, suhu tubuh) dan kondisi fisik pasien.
- Pemeriksaan laboratorium atau tes lainnya dapat diperlukan untuk memonitor efek samping yang mungkin terjadi pada organ tertentu (misalnya, tes fungsi hati atau ginjal untuk obat yang mempengaruhi organ tersebut).
3. Identifikasi Reaksi Alergi:
- Beberapa obat dapat menyebabkan reaksi alergi seperti ruam, gatal, pembengkakan, atau bahkan kesulitan bernapas. Pemantauan ketat diperlukan untuk mendeteksi reaksi ini.
4. Pemantauan Efek Samping Jangka Panjang:
- Obat-obat tertentu, terutama yang digunakan dalam jangka panjang, dapat memiliki efek samping kumulatif. Misalnya, obat untuk tekanan darah tinggi atau diabetes dapat memiliki dampak pada ginjal atau hati, sehingga perlu pemantauan lebih lanjut.
5. Laporan Efek Samping:
- Jika efek samping yang berbahaya terjadi, dokter atau tenaga medis 3 harus melaporkannya kepada badan pengawas obat dan makanan (seperti BPOM di Indonesia), untuk mendapatkan informasi lebih lanjut atau untuk peringatan pada penggunaan obat tersebut.
6. Evaluasi Terhadap Dosis Obat:
- Pemantauan juga dilakukan terhadap kecocokan dosis obat dengan kebutuhan pasien. Dosis yang terlalu tinggi atau rendah dapat mempengaruhi efek samping atau efikasi obat.
7. Pendidikan Pasien:
- Pasien harus diberikan edukasi tentang cara mengenali efek samping obat, kapan harus mencari pertolongan medis, dan bagaimana cara mengelola gejala ringan yang mungkin terjadi.
Pemantauan yang cermat dapat membantu meminimalkan risiko efek samping dan meningkatkan keamanan serta efektivitas pengobatan. Sebelumnya, peran utama tenaga profesional Kesehatan hanya dilihat sebagai pemberi kontribusi bagi farmako-vigilans melalui pelaporan spontan kejadian tidak dinginkan, memberikan saran mengenai minimalisasi risiko, sesuai informasi produk atau materi informasi lain. Namun otoritas regulatori Eropa (EMA) telah mengembangkan skema untuk pelaporan KTD oleh pasien melalui suatu peraturan. Peraturan yang baru tesebut dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dan tenaga profesional kesehatan pada forum Pharmaco-vigilance and Risk Assessment Committee (PRAC).
Dengan demikian, latar belakang dari adanya farmakovigilans dalam pengawasan obat adalah untuk pemantauan dan identifikasi efek samping obat dalam rangka memastikan keselamatan pasien, dan meningkatkan peran tenaga kesehatan khususnya Apoteker dalam pengawasan obat. Oleh karena itu, besar harapan kami agar workshop ini bisa terlaksana dengan lancar dan sukses.
Tujuan dari workshop Monitoring Efek Samping Obat (MESO) adalah untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam kepada para peserta mengenai pentingnya pemantauan dan identifikasi efek samping obat dalam 4 rangka memastikan keselamatan pasien. Beberapa tujuan utama dari workshop ini antara lain:
- Meningkatkan Pengetahuan: Memberikan informasi tentang jenis-jenis efek samping obat yang dapat terjadi, cara mendeteksi, serta cara mengelola efek samping tersebut.
- Meningkatkan Keterampilan: Melatih peserta untuk memantau penggunaan obat secara lebih efektif, termasuk mengenali tanda-tanda efek samping sejak dini dan mengambil tindakan yang sesuai.
- Meningkatkan Kesadaran: Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya pengawasan terhadap obat yang digunakan oleh pasien, baik di rumah sakit, klinik, maupun dalam praktik farmasi.
- Pencegahan dan Penanganan Efek Samping: Membekali peserta dengan strategi untuk mencegah dan menangani efek samping obat, guna meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi risiko komplikasi kesehatan.
- Peningkatan Komunikasi: Memperkuat komunikasi antara tenaga medis, apoteker, dan pasien dalam upaya pemantauan dan pelaporan efek samping obat yang dapat terjadi.
Secara keseluruhan, workshop ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan memastikan penggunaan obat yang aman dan efektif bagi pasien.