Banjarmasin (12/12) Kedua Kepala Dinas Kesehatan baik Banjarmasin dan Tabalong mengatakan bahwa kaji banding adalah proses belajar yang dilakukan pada tempat yang kinerjanya lebih baik dan selanjutnya ditiru dan dilaksanakan dengan tujuan agar kinerja ditempat lain lebih baik pula, alasan dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong sendiri memilih Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin adalah berasal dari informasi yang beredar pada sosial media terdapat inovasi-inovasi yang ada pada programnya terutama pada TBC dan HIV AIDS, sebagai tuan rumah Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin menyambut rombongan tim Kabupaten Tabalong di Ruangan Kepala Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, dalam sambutannya Dr. Machli Riyadi menyatakan senang sekali akan kedatangan tim Tabalong ini serta mempersilakan untuk melakukan diskusi lebih lanjut di ruangan tersebut.
Kelapa Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, Dr. Machli Riyadi memberikan dan menyaksikan presentasi dari pengelola TBC tim program TB RO Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin dan forum terbuka dan sesi tanya jawab kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tabalong, acara selanjutnya dilakukan pada keesokan harinya di Puskesmas S.Parman dimana puskesmas ini memiliki inovasi TB Class dan angka TB pasien tertinggi di kota Banjarmasin oleh Tim 1 Tabalong, dan Tim 2 Tabalong menuju Puskesmas Pekauman sebagai HIV/AIDS tertinggi.
Kaji Banding ini dilakukan dengan tujuan menambah ilmu dan sharing pengalaman tentang penanggulanan TB di Banjarmasin serta menekankan pada esensi dalam pembuatan dokumen agar terbentuknya sistem yang baik, kaji banding ini di bagi menjadi dua kelompok, kelompok 1 mengunjungi Puskesmas S.Parman. Kegiatan yang berlangsung selama 3 hari ini di mulai pada pukul 09.00 WITA hingga pukul 14.00 WITA.
Dalam sharing dan sesi tanya jawab TB Class oleh petugas TBC Program di Puskesmas S.Parman terdapat tips-tips dan cara-cara dalam mempersuasi pasien-pasien TB yang ditemukan di Banjarmasin, pada hakikatnya program penanggulangan ini sangat diperlukan kepedulian besar untuk bersama-sama dalam proses dan pengobatannya. Dalam kesempatan bersamaan, Kepala Puskesmas S.Parman juga memaparkan bahwa program inovasi S. Parman berkelas TB (berantas TB dengan kelas TB Paru) dikupas tuntas dari tujuan, cara, kendala hingga hasilnya oleh pemegang program TB, selain itu sarana prasarana yang mendukung program TB yang ada di puskesmas S. Parman, seperti ruang TB, laboratorium, dan spuntum booth. Tim Dots Puskesmas S. Parman sangat bersenang hati dan bersyukur dapat berbagi kita untuk meningkatkan capaian CDR di program TB yang telah dilaksanakan dan memiliki hasil yang signifikan, harapan kedepan adalah kunjungan seperti ini akan dilaksanakan secara berkelanjutan untuk menghasilkan ide-ide baru yang lebih baik.
Kemudian Tim 2 berada di Puskesmas Pekauman melakukan sharing tentang HIV/AIDS bersama Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin,
Dalam sesi tanya jawab ini diterangkan bahwa memang belum ada obat untuk menangani HIV/AIDS namun ada obat untuk memperlambat perkembangan penyakit ini dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita, sama seperti kelas sharing atau diskusi sebelumnya dijelaskan tentang gejala dan penyebab dari penyakit ini dan bagaimana cara pencegahannya. Puskesmas Pekauman sendiri memiliki kasus tertinggi dalam HIV/AIDS ini maka dengan itulah dipilih menjadi lokasi kaji banding, dalam kegiatan ini pun disampaikan bahwa kedepan akan terjadi kontinuitas dalam kegiatan sharing dan diskusi bermanfaat ini.
Banjarmasin (12/12) Both of Head Health Office Bnjarmasin and Tabalong said that the comparative study was a learning process carried out in a place that performed better and was subsequently emulated and bring it on by the aim that the performance in other places would be better too, the reasoning from the Tabalong District Health Office itself was choosing the Banjarmasin City Health Service is derived from information circulating on social media there are innovations that exist in the program, especially on tuberculosis and HIV AIDS, as the host of the Health Office Regional Banjarmasin welcomed the group of Tabalong Regency team in the Head Room of the Banjarmasin City Health Office, in his remarks Dr. Machli Riyadi stated that he was very pleased and happy of the arrival of the Tabalong team that has been invited in the room of himself.
Dr. Machli Riyadi gave and watched a presentation from the TBC manager of the TB RO program in Banjarmasin City Health Office and an open forum and question and answer session to the Tabalong District Health Office, the next event was held the next day at the S.Parman Puskesmas where the puskesmas had innovated TB Class and numbers The highest TB patient in the city of Banjarmasin by Tabalong Team 1, and Tabalong Team 2 headed for the Pekauman Health Center as the highest HIV / AIDS.
This comparative study was conducted with the aim of increasing knowledge and sharing experiences about TB prevention in Banjarmasin and emphasizing the essence of making documents in order to establish a good system, this comparative study was divided into two groups, group 1 visited the S.Parman Puskesmas. The activity which lasted for 3 days began at 09.00 WITA until 14.00 WITA.
Then Team 2 was in the Pekauman Community Health Center sharing HIV / AIDS with the Banjarmasin City Health Office, in this question and answer session, it was explained that there was indeed no cure for HIV / AIDS but there was a drug to slow the progression of this disease and could increase the life expectancy of the sufferer, just as the sharing class or earlier discussion explained about the symptoms and causes of this disease and how to prevent it. Pekauman Health Center itself has the highest case in HIV / AIDS, so that was chosen as the location of a comparative study, in this activity it was also stated that going forward there will be continuity in this beneficial sharing and discussion.
DBNews2019/ Enni Rizqa